Selasa, 13 Januari 2009

Tugas Akhir UAS

Tugas Akhir Character Building

Program ketaqwaan 1 ( tanggal 4-10 desember 2008 )

program :

1. shalat 5 waktu

2. shalat malam

3. membaca Al-quran

4. memanfatkan waktu

5. melakukan puasa sunnah

kesimpulan :

Program ini sudah terlaksana 70% ingin terus memperbaiki agar oftimal

Pengaruh :

1. lebih bersikap disiplin dan hidup bersih

2. membuat hati terasa tenang setelah membaca Alquran

3. menumbuhkan minat baca

Program ketaqwaan 2 ( tanggal 11-17 desember 2008 )

Program :

1. shalat 5 waktu

2. shalat malam

3. membaca Al-quran

4. memanfatkan waktu ( belajar nahwu )

5. melakukan puasa sunnah

Kesimpulan :

Program ini sudah berjalan 75% , masih ada beberapa program yang belum terlaksana secara oftimal, karena proses pembiasaan.

Pengaruh :

1. merasa nikmat bangun tengah malam

2. ingin menguasai ilmu nahwu

3. ingin memperdalam agama

Program ketraqwaan 3 ( tanggal 18-24 desember 2008 )

Program ;

1. shalat berjamaah jika sempat

2. tahajud & witir

3. membaca Al-quran

4. puasa senin dan kamis

5. memanfaatkan waktu ( baca buku agama seputar agama )

Kesimpulan :

Program ini sudah berjalan 70% ( menurun ) karena terdapat kendala dalam mengerjakanya yaitu waktu.

Pengaruh :

1. mempererat tali silaturahmi

2. ingin lebih memahami isi alquran

3. ingin mempunyai kitab-kitab tentang agama

Program ketaqwaan 4 ( tanggal 25-31 desember 2008 )

Program :

1. shalat berjamaah jika sempat

2. tahajud & witir

3. mebaca Al-quran

4. puasa senin – kamis

5. memanfaatkan waktu ( membaca )

Kesimpulan :

Program sudah berjalan 80% sedikit ada perubahan dan peningkatan dari sebelumnya karena dalam masa liburan sehingga tidak terkendla oleh waktu

Pengaruh :

1. ingin belajar agama lebih intensif lagi

2. melakukan puasa sunnah terasa nikmat

3. lebih disiplin

B.Program Meningkatkan Kepribadian 1 ( Tanggal 11-17 desember 2008 )

Program :

1. berolahraga dan makan teratur

2. berpakaian rapi dan sopan

3. membuat tugas secara mandiri

4. kuliah tepat waktu

5. bersikap toleransi

kesimpulan :

program ini sudah berjalan 70% dan masih dalam proses pembiasaan, program ini belum sepenuhnya terlaksana karena ada hambatan.

Pengaruh :

1. badan terasa lebih segar

2. lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas

3. disiplin waktu.

Program meningkatkan kepribadian 2 ( tanggal 18-24 desember 2008 )

Program :

1. berolahraga dan makan teratur

2. berpakaian rapi dan sopan

3. membuat tugas secara individu

4. tidak bolos kuliah

5. bersikap toleransi

kesimpulan :

program ini sudah berjalan 75% mulai terbiasa dalam menjalankan program ini tetapi pada poin 1 sudah terlaksana secara pftimal walaupun masih di paksa orang tua.

Pengaruh :

1. badan terasa lebih fit dan bugar

2. dipandang baik oleh orang dengan berpakaian rapi

3. menjaga amanat orang tua dengan tidak bolos

4. tidak panatis terhadap perbedaan

Program meningkatkan kepribadian 3 ( tanggal 25-31 desember 2008 )

Program :

1. berolahraga dan makan teratur

2. berpenampilan sesuai keadaan ( rapi )

3. mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin

4. kuliah tepat waktu

5. toleransi antar teman

C. Program Kematangan Sosial 1 ( Tanggal 18-24 desember 2008 )

Program :

1. Bergaul dengan teman

2. Bersosialisasi dengan masyarakat

3. Memberi pengajaran & bersikap yang baik kepada anak-anak

4. Bekerja sama dalam mangemban tugas

5. Bergaul dengan semua kalangan

Kesimpulan :

Program ini sudah berjalan 70% ingin lebi meningkatkan, pada poin 1 bergaul dengan teman ( siapa aja ) dengan mempilter pergaulan tersebut. Pada poin 5 bergaul dengan semua kalangan ( Bergaul dengan yang lebih tua dan yang muda )

Pengaruh :

1. lebih akrab dengan teman

2. bisa menyesuaikan dengan masyarakat ( ikut dalam kegiatan masyarakat )

3. dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat kepada anak-anak walaupun Cuma sedikit.

Program Kmatangan Sosial 2 ( Tanggal 25-31 desember 2008 )

Program :

1. Bergaul dengan teman

2. Bersosialisasi dengan masyarakat

3. Memberi pengajaran & cara bersikap yang baik kepada anak-anak

4. Bekerja sama dalam mengemban tugas

5. Bergaul dengan semua

Kesimpulan:

Program ini sudah terlaksana 80 % walaupun belum sepenuhnya maksimal tapi saya berusaha terus meningkatkanya.

Pengaruh :

1. Menjadikan teman sebagai tempat introspeksi diri

2. lebih dekat dengan masyarakat & dihargai

3. mengingatkan kembali terhadap ilmu – ilmu yang telah didapat

4. Menumbuhkan rasa kebersamaan

5. bergaul dengan yang lebih tua membuat pola fikir lebih dewasa

D. Program Meningkatkan Kematangan intelektual (Tanggal 1-7 januari 2009)

Program :

1. Membaca buku

2. Berdiskusi jika ada permasalahan

3. Membuka Internet

4. Menghargai Orang lain

Pengaruh :

1. Baca buku lebih menambah wawasan

2. Dengan berdiskusi dapat menjadi lebih kritis

3. Membuka internet dapat menambah informasi, dan mencari bahan kuliah

4. Menghargai orang lain menjadikan lebih bersikap terbuka dan dewasa.

Kesimpulan :

Program ini sudah berjalan 75% walaupun waktu kuliah libur tapi program tetap berjalan di lingkungan rumah.

Minggu, 04 Januari 2009

SEJARAH RINGKAS FAHAMAN IBNU TAIMIYAH

Ada seorang ulama bernama IBNU TAIMIYAH.Nama lengkapnya Ahmad Taqiyuddin, Abu
Abbas bin Syihabuddin Abdul Mahasin Abdul Halim bin Syeikh Majduddin Abil
Barakat Abdussalam bin Abi Muhammad Abdillah bin Abi Qasim al-Khadar bin
Muhammad bin al-Khadhar bin Ali bin Abdillah.

Keluarga ini dinamai Keluarga Ibnu Taimiyah. Sepanjang sejarah bahawa asal
perkataan Taimiyah adalah dari neneknya yang bernama Muhammad bin Ali Khadhar.
Beliau ketika pergi naik haji ke Makkah melalui jalanTaima'.

Setelah ia kembali dari haji ia dapati isterinya melahirkan seorang anak
wanita, yang kemudian diberi nama Taimiyah dan keturunannya dinamai keturunan
Ibnu Taimiyah, sebagai peringatan bagi jalan yang dilalui oleh neneknya pada
ketika mengerjakan haji tersebut.

Ahrnad Taqiyuddin yang kita perkatakan sekarang ini lahir di desa Heran sebuah
desa kecil di Palestin pada tanggal 10 Rabiul Awal tahun 661 H. Daerah Heran
ini terkenal sejak dulu sebagai daerah Kristian Shabin dan pula daerah orang
pandai-pandai, ahli filsafat yang selalu mempermainkan akal.

Ahrnad Taqiyuddin tinggal di desa Heran sampai usia 7 tahun. Desa ini didiami
bukan oleh suku Arab tetapi oleh suku Kurdil, maka kerana itu Ahrnad
Taqiyuddin bukanlah dari bangsa Arab tetapi dari kaum Kurdi.

Ketika desanya akan diserang oleh kaum Tatari ia lari bersama-sama bapa dan
keluarganya pergi ke Damsyik (Syiria). Dengan susah payah mereka sampai ke kota
Darnsyik bersama kitab-kitab yang dipunyai oleh keluarganya. Kerana bapanya
adalah seorang ulama Islam dari Mazhab Hambali.

Ahmad Taqiyuddin Ibnu Taimiyah ini tetap tinggal di Damsyik sejak dari berusia
7 tahun sampai meninggal dunia tahun 724H dan hanya satu atau dua kali ke Mesir.

Kalau dilihat tahunnya, iaitu tahun lahirnya 661 H sampai wafatnya tahun 724H.
maka beliau ini hidup sezaman dengan Imam Nawawi, seorang ulama fikah terbesar
dalam Mazhab Syafi'i, Imam Nawawi lahir disebuah desa namanya Nawa,dekat
Darnsyik pada tahun 630H. hanya 31 tahun lebih tua dari Ibnu Taimiyah.

Ibnu Hajar al Haitami seorang ulama besar dalam Mazhab Syafi'i yang
terkemudian dari Ibnu Taimiyah, kerana Ibnu Hajar lahir di Mesir pada tahun
883H.iaitu 22 tahun terkemudian dari Itinu Taimiyah.

Kerana itu tidak hairan, kalau Ibnu Hajar al Haitami banyak mengarang
kitab-kitab untuk membetulkan kesalahan-kesalahan Ibnu Taimiyah, seperti kitab
Assawa'iqul Muhriqah Firraddi alaz Zindiqah (Petir yang membakar untuk menolak
kaum Zendiq).

Ibnu Hajar al Haitami-sebagai dikatakan di atas, adalah seorang ulama besar
dalam Mazhab Syafi'i, pengarang kitab "Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil
Minhaj",sebuah kitab fikah besar, l0 jilid yang terkenal di Indonesia.

Ibnu Taimiyah dalam sejarahnya kemudian menjadi orang yang alim besar, banyak
pengetahuannya dalam fikah Madzhab Hanbali dan juga dalam ilmu Usuluddin.
Beliau biasa mengajar dan bertabligh di Masjid Bani Umayyah di Damsyik dan
mempunyai ramai murid.

Akan tetapi sangat disayangkan,bahawa beliau terpengaruh dengan fahaman kaum
Musyabbihah dan Mujassimah, yang merupakan Tuhan dengan makhhluk dan juga
banyak mengeluarkan fatwa-fatwa dalam fikah yang jauh berbeza dengan
fatwa-fatwa dalam Mazhab Hanbali sendiri dan juga dari Madzhab­ madzhab
Hanafi, Maliki dan Syafi'i.

Dalam buku-buku karangannya seperti dalam "AI-Munazharah fil Aqidah
Al-Wasithiyah" dan "Al-Aqidah al-Hamiwiyah al-Kubra" ia menerangkan bahawa
dasar mazhabnya ialah menjelaskan ayat-ayat dan hadis-hadis nabi yang
bertalian dengan sifat Tuhan yang menurut erti lafaznya yang lahir, yakni
secara harfiyah sahaja.

Bagi Ibnu Taimiyah, Tuhan mempunyai muka, tangan, mata, rusuk„ duduk bersila,
datang dan pergi dan cahaya langit dan bumi, kerana hal itu semuanya tersebut
dalam al-Quran, katanya.

Tuhan berada di atas langit, boleh ditunjuk dengan anak jari ke atas, Tuhan
mempunyai anak jari, mempunyai tumit kaki, mempunyai tangan kanan,mempunyai
nafas, turun naik dan Tuhan itu "masa", kerana semuanya itu tersebut dalam
hadis yang sahih-sahih, kata Ibnu Taimiyah.

Jadi fahaman beliau sebenarnya harus dimasukkan dalam bab kaum Mujassimah atau
Musyabbihah, kerana ada persamaannya dalam itikad. Tetapi dalam buku ini
dibicarakan secara khusus dalam suatu fasal, kerana fahaman Ibvu Taimiyah ini
baik dalam usuluddin mahupun dalam fikah sudah agak banyak pula menjalar ke
Indonesia ini.

Dalam ucapan-ucapannya dan tulisan-tulisannya Ibnu Taimiyah ini banyak
mengeluarkan perkataan-perkataan yang menentang Imam-imam Mujtahid yang
berempat. Dikatakannya dengan sombong bahawa ia akan memperbaharui pengajian
ulama-ulama yang dulu, akan mengembalikan mereka pada kitab Allah dan sunah
Rasul, yang seolah-olah mengatakan bahawa ulama-ulama mazhab yang empat itu
tidak berpegang kepada kitab Allah dan sunah Rasul.

Dikatakannya pula, bahawa ia akan memerangi khurafat dan bid'ah yang dikerjakan
oleh ulama-ulama dan kaum muslimin yang dulu-dulu, yang seolah­ olah ia
mengatakan bahawa ia sahajalah yang berpegang kepada Kitabullah dan sunah
Rasul, sedang ulama-ulama yang terdahulu daripadanya dianggapnya penganut
khurafat dan bid'ah.

Beliau memaklumkan perlawanan kepada orang-orang Islam yang menganut dan
bertaklid dalam furuk syari'at kepada mazhab yang empat dan ia menganjurkan
agar setiap orang berjihad sendiri, yang seolah-olah ia lupa bahawa neneknya,
bapanya dan ia sendiri adalah pada mulanya penganut Mazhab Hanbali.

Memang sudah menjadi kebiasaan bagi orang-orang yang sesat mengatakan bahawa ia
akan memerangi bid'ah dan khurafat, bahawa ia akan mengembalikan orang kepada
Kitabillah dan sunnah Rasul, bahawa ia akan mengadakan pembersihan dan
lain-lain pembohongan

.Itulah simbol mereka dari dulu sampai sekarang. Pada hal kalau dilihat
kenyataannya, mereka sendirilah yang mengerjakan bid'ah-bid'ah, mereka
sendirilah yang mengajak orang taklid, sekurang-kurangnya kepada gurunya atau
kepadanya sendiri. la melarang orang bertaklid kepada imam yang berempat yang
telah diterima dunia Islam, tetapi ia sendiri menarik orang supaya bertaklid
kepadanya.

Begitu juga dengan keadaan Ibnu Taimiyah al-Heran ini. Misalnya, pada suatu
kali ia berkhutbah di Masjid Damsyik , Ia menerangkan sebuah hadis bahawaTuhan
turun ke langit dunia tiap-tiap malam,

Jangan ragu-ragu katanya, Tuhan turun serupa saja turun dari mimbar ini lalu ia
turun ke bawah.

Pada tahun 705H, yakni ketika ibnu Taimiyah berusia 44 tahun, ia dipanggil oleh
Sultan yang berkuasa di Mesir ketika itu untuk datang ke Mesir. Syria (Damsyik)
ketika itu di bawah pemerintahan Mesir.

Setibanya di Mesir ia dimajukan ke muka mahkamah dengan tuduhan bahawa ia
memfatwakan di hadapan orang ramai pengajian yang sesat, iaitu Allah
benar-benar duduk bersila di atas `Arasy, bahawasanya Tuhan berbicara dengan
huruf dan suara, serupa pembicaraan dalam sifat manusia.

Sebagai jaksa penuntut bertindak Syeikh Zainuddin bin Makhluf, seorang ahli
hukum dalam mazhab Hanbali.Tetapi Ibnu Taimiyah ketika itu tidak mahu diadili,
kerana yang bertindak sebagai hakim adalah musuh-musuhnya, katanya.

Akhirnya ia ditahan saja dan dimasukkan ke dalam penjara selama 18 bulan
bersama dua orang saudaranya yang datang ke Mesir ketika itu iaitu Syarafuddin
dan Zainuddin.

Sesudah ia keluar dari tahanan dengan bantuan keluarganya ia melanjutkan
fatwa-fatwanya di Mesir, iaitu memfatwakan bahawaTuhan duduk di atas'Arasy,
bahawa Tuhan bertempat, bahawa Tuhan turun ke langit dunia dan lain-lain fatwa
yang tidak sesuai dengan fahaman yang umum dalam Islam, iaitu fahaman
Ahlussunnah wal Jama'ah.

Tidak lama sesudah itu Ibnu Taimiyah menghentam pengajian-pengajian tasauf dan
mencaci maki guru-guru sufi, yang waktu itu di Mesir sedang banyak. Kemudian ia
dimajukan lagi ke mahkamah dengan tuduhan menghina pelajaran tasauf dan ia
ditahan dalam sebuah tempat tahanan kelas satu yang diberi pelayan untuk
melayaninya. Tidak lama kemudian ia dikeluarkan lagi dari penjara.

Jadi Ibnu Taimiyah bukan saja memfatwakan bahawa Tuhan duduk bersila di atas
'arasy tetapi juga menghentam pengajian-pengajian tasauf, tidak menyukai
tarikat-tarikat, yang di Mesir ketika itu dan sampai kini sedang berkembang.

Pada tahun 709 H ia dibuang lagi ke Iskandariah oleh Sultan Muzaffar Klaun dan
tinggal di situ selama 7 bulan. Sebabnya tidak lain ialah kerana mengeluarkan
fatwa yang ganjil-ganjil dalam agama dengan semboyan "kembali kepada Allah dan
Rasul". la menganggap bahawa ulama-ulama Islam yang berkumpul dalam 4 mazhab,
begitu juga ulama-ulama Usuluddin Ahlussunnah wal Jama'ah semuanya dianggapnya
tukang bid'ah.Yang tidak kurang bid'ah hanyalah ia seorang.

Pada tahun 712H ia kembali ke Damsyik. Di Damsyik pada ketika itu ia
mengeluarkan bukan saja fatwa-fatwa dalam Usuluddin tetapi juga dalam
hukum-hukum fikah yang berlainan dan bahkan yang bertentangan dengan mazhab
yang empat, sehingga bolehdikatakan ia sudah keluar dari lingkungan mazhab yang
4 itu, khususnya telah keluar dari Mazhab Hanbali yang ia anutinya sebelumnya.

Pada tahun 718H keluar lagi perintah dari Sultan yang berkuasa di Damsyik
ketika itu untuk melarang Ibnu Taimiyah berfatwa, kerana ia mengulangi lagi
fatwa-fatwanya yang ganjil-ganjil yang berlainan dari fatwa ulama-ulama Islam
yang banyak pada waktu itu.

Tatapi perintah ini dilanggarnya. Dalam pengadilan agama yang terdiri dari
ulama-ulama ahli hukum yang bersidang tanggal 22 Rejab tahun 720H ia dimasukkan
lagi ke dalam tahanan sampai tahun 721 H.

Tahun 721 H ia dikeluarkan lagi dari tahanan. Akhirnya riwayat Ibnu Taimiyah
sangat menyedihkan. Beliau meninggal dalam penjara benteng Damsyik pada
tanggal 27 Syawal tahun 728 Hijrah, sesudah mengalami penahanan beberapa tahun.

Ibnu Batuta, seorang pengembara dari Tangger, AI-Jazair pada akhir abad ke VII
dan permulaan abad ke VIII H. menerangkan dalam bukunya yang bernama "Rahlah
Ibnu Batuta"., pada jilid I, halaman 57 begini.

Adalah di kota Damsyik, Syria seorang ahli fikah yang besar dalam mazhab
Hanbali namanya Ahmad Taqiyuddin Ibnu Taimiyah. la banyak membicarakan
soal-soal ilmu pengetahuan, tetapi sayang sekali otaknya sedikit goncang".

Penduduk kota Damsyik sangat menghormati orang itu. Pada suatu ia mengajar di
atas mimbar masjid Damsyik. Ia mengeluarkan beberapa ucapan atau fatwa yang
berlainan dari fatwa ahli-ahli fikah yang lain, sehinggga akhirnya diadukan
orang kepada Raja Naser di Kaherah.

Ia dibawa ke Kaherah dan kepadanya dihadapkan beberapa tuduhan dihadapan
pengadilan yang memeriksa perkaranya. Ibnu Taimiyah tidak memberi jawapan apa
yang ditanyakan oleh para hakim tetapi sekalian pertanyaan dijawabnya dengan La
Illaha Illallah. Akhirnya ia dimasukkan ke dalam penjara dan ditahan beberapa
tahun.

Di dalam penjara ia mengarang sebuah kitab tafsir yang diberinya nama
"Al-Bahrul Muhith". Kemudian ibunya memajukan permohonan kepada Raja Naser
untuk membebaskan anaknya. Raja Nasar memperkenankan permohonan ibu ini.

Tetapi kata Ibnu Batuta kemudian terjadi lagi hal yang serupa:

"Saya ketika itu sedang berada di Damsyik. Saya hadir di masjid mendengar dia
memberi pelajaran di hadapan umum di mimbar masjid Jami'. Banyak pelajaran
diucapkan. Di antara perkataannya: 'Allah turun ke langit dunia serupa turunnya
dengan turun saya ini", lalu ia turun satu tingkat dijinjang mimbar. Pada
ketika itu seorang ulama ahli fiqh mazhab Maliki bernama Ibnus Zahra' membantah
dia dan melawan ucapan-ucapan Ibnu Taimiyah (lihat Rahlah Ibnu Batuta, juzuk I
halaman 57, buku cetakan Azhariyah, Kaherah 1928H).

Ibnu Batuta melanjutkan laporannya: Murid-murid Ibnu Taimiyah marah kepada
Ibnu Zahra', lalu mereka berpukulan.

Raja ini seorang yang baik, beliau memerintahkan pada Raja Mesir namanya Naser
supaya Ibnu Taimiyah dibawa pengadilan tinggi, kerana fatwanya dalam agama
banyak yang salah-salah.

Di antaranya fatwa yang salah itu, kata Ibnu Batuta ialah bahawa talak tiga
yang dijatuhkan sekaligus dianggap jatuh satu, berpergian ziarah ke makam Nabi
Muhammad s.a.w. di Madinah dianggap maksiat dan lain-lain.

Sesudah diadakan persidangan maka diambillah keputusan bahawa Ibnu Taimiyah
ditetapkan telah melakukan kesalahan-kesalahan kerana banyak fatwanya dalam
fikah dan dalam usuluddin yang menyeleweng, tidak sesuai dengan ajaran-ajaran
yang diajarkan oleh nabi dan sahabat-sahabat nabi dan tidak sesuai pula dengan
ajaran-ajaran agama yang biasa diajarkan oleh ulama­ ulama Islam.

Kerana itu ia dihukum penjara di Benteng Damsyik. la ditahan dan mati dalam
penjara Benteng Damsyik pada tanggal 27 Syawal tahun 728H.

Demikian keterangan Ibnu Batuta dalam buku "Rahlahnya". Teranglah bahawa
IbnuTaimiyah ini boleh dikatakan seorang ulama besar, tetapi otaknya sedikit
kacau, sekali ia katakan dan ia fatwakan dengan lancang, bahawa Tuhan duduk
serupa saya duduk ini, dan tuhan turun serupa turun saya ini, dan di waktu yang
lain ia fatwakan bahawa walaupun Tuhan bertangan dan bermuka, tetapi mukanya
tidak serupa dengan muka kita, Tuhan Allah tak serupa dengan makhluk, katanya.

Tersebut dalam kitab "Daf'us Syubah man Tasyabbah wa Tamarrad" (penolak subhat
yang membikin subhat dan penyelewengan), karangan Mufti dan Syaikhul Islam
Taqiyuddin al Husaini ad Dimsyagi (meninggal di Damsyik tahun 829H), pada
halaman 41 begini:

"Mengkhabarkan Abu Hasan 'Ali ad Dimsyagi, ia terima dari bapanya bahawa
bapanya menghadiri majlis ibnuTaimiyah di Masjid Damsyik".

Ibnu Taimiyah memberi pelajaran di hadapan umum. Ketika ia sampai kepada
pengajian ayat 'Tuhan istawa di atas Arasy" maka ia (Ibnu Taimiyah) mengatakan
bahawa Tuhan duduk bersila serupa sila saya ini.

Pada ketika itu pendengar jadi ribut dan marah sehingga ia dilempari dengan
sepatu dan sandal, diturunkan dari kerusi duduknya, ditampar dan dipukul
beramai-ramai. Perkara ini sampai kepada polisi dan hakim yang kemudian
mengadakan persidangan untuk mengadili Ibnu Taimiyah itu. Mendengar
jawapan-jawapan Ibnu Taimiyah dalam pengadilan, hakim-hakim menjadi geli
melihal kedangkalan ilmu Ibnu Taimiyah itu".

Demikian tersebut dalam buku "Daf'us Syubah man tasyabbah wa tamarrad",
karangan Taqiyuddin alHusaini orang Damsyik yang meninggal 9 tahun terkemudian
dari lbnu Taimiyah.

Khabar ini didengarnya dari bapanya yang menghadiri majlis Ibnu Taimiyah.

Teranglah dalam kedua keterangan itu, yakni keterangan-keterangan Ibnu Batuta
dan Taqiyuddin alHusaini, bahawa Ibnu Taimiyah termasuk golongan orang yang
menyerupakan Tuhan dengan makhluk, golongan Musyabbihah kerana ia mengatakan
bahawaTuhan turun dari langit tiap-tiap malam seperti turunnya dari mimbar dan
Tuhan duduk bersila di atas'Arasy seperti ia duduk di atas kerusi, walaupun ia
banyak kali pula mengatakan bahawa Tuhan tidak serupa dengan makhluk.

Tetapi, ya, sejarah telah berjalan, walaupun fatwanya itu tersesat namun
pengikutnya ada saja, sesuai dengan peribahasa Arab: "Likalli saqith laqith
(tiap-tiap yang jatuh ada pemungutnya).

Di antara penganut dan penerus fahaman Ibnu Taimiyah adalah murid Ibnu Hadi dan
Ibnul Qayim al-Jauzi, pengarang kitab "Zadul Ma'ad" serta Muhamad bin Abdul
Wahab, pembangun fahaman Wahabi.